Selasa, 17 November 2009

Cerpen “Tanggal 24 Februari, Pukul 21.30”

“Tanggal 24 Februari, Pukul 21.30”

Karya : Karinka Tehupeiory

Keyla Aprilia duduk di kelas delapan SMP Harapan Bangsa. Dia tergolong salah satu siswi pintar di kelasnya. Keyla mempunyai beberapa teman dekat. Vita dan Lala sekelas dengan Keyla. Namun, Iren, salah satu teman baiknya tidak sekelas dengannya. Kebetulan kelas Iren tepat berada di sebelah kelas Kyla.

Suatu hari, Pak Ronny, guru Biologi mereka memanggil beberapa murid untuk berkumpul di ruang OSIS. Keyla, Vita, Lala, dan Iren pun turut dipanggil. “Kira – kira untuk apa kita disuruh berkumpul, Key?” tanya Vita. “Entahlah, Vit,” jawab Keyla singkat. Indra, Gerald, Jojo, serta beberapa murid lainnya, baik yang seangkatan dengan Keyla maupun adik – adik kelas Keyla turut memenuhi ruang OSIS. Mereka terlihat memperbincangkan hal yang sama dengan Keyla dan teman – temannya. Tiba – tiba pak Ronny masuk ke ruang OSIS dan suasana yang ramai pun berubah jadi tenang. “Selamat siang, anak – anak!” sapa pak Ronny. “Selamat siang, pak guru!” jawab murid – murid hampir serempak. “Siang ini bapak mengumpulkan kalian, murid – murid yang terpilih, untuk memberitahu rencana study tour yang sudah bapak susun. Program study tour ini akan kita laksanakan saat libur lebaran nanti. Kita akan menginap selama dua hari di hutan Tangkoko, Bitung. Akan tetapi, besok kalian sudah harus mengumpulkan surat izin orang tua dan biaya konsumsi sebesar Rp. 50.000,00. Apakah ada yang belum jelas, anak - anak?” tanya pak Ronny. “Ada pak. Apa saja yang akan kita lakukan di sana?” tanya Indra dengan raut wajah penasaran. “Oh iya, bapak lupa mengatakan bahwa di sana kita akan masuk ke hutan lindung Tangkoko untuk melihat hewan – hewan langka, termasuk tarsius. Kalian akan menyusun laporan berdasarkan apa yang kalian amati di dalam hutan nanti,” jelas pak Ronny. “Berarti kita akan pergi melihat saudara – saudaramu, Jo,” kata Gerald sambil menepuk bahu Jojo. Sontak terdengar tawa dari hampir semua murid di ruangan tersebut. Gerald memang terkenal sebagai siswa yang jahil dan gemar menggodai teman - temannya. “Baiklah, saat ini kalian sudah bisa pulang dan besok jangan lupa membawa surat izin orang tua kalian,” kata pak Ronny. Murid – murid pun berhamburan keluar ruangan OSIS.

Keyla. Vita, Lala, dan Iren berjalan bersama keluar ruangan. “La, apakah kamu akan diizinkan ikut oleh nenekmu?” tanya Keyla. “Tenang saja teman – teman. Nenek pasti memberiku izin. Aku akan menggunakan jurus terjitu milikku untuk membujuk nenek,” jelas Lala sambil tertawa kecil. “Kalau begitu kita dapat bersenang – senang di sana sambil mencari pacar,” kata Iren dengan mata berbinar – binar. “Enak saja kau Ren. Nanti kita akan mengikuti study tour, bukan acara mencari jodoh,” kata Keyla. “Ah, jangan munafik begitu, Key. Bersenang – senang sedikit kan tidak apa – apa. Lagipula kita memang butuh sedikit refreshing agar tidak jenuh dengan tugas – tugas sekolah,” jelas Vita sambil mengiyakan perkataan Iren.

Waktu yang ditentukan pun tiba. Pukul 08.00 semua murid yang akan mengikuti kegiatan study tour telah berkumpul di lapangan sekolah. Ada sekitar 25 murid yang akan ikut. Semua murid diperintahkan oleh pak Ronny untuk masuk ke kendaraan masing – masing. Orang tua Keyla kebetulan ikut mengantar. Jadi, Keyla, Vita, Lala, dan Iren naik di mobil Keyla. Perjalanan yang ditempuh menuju Bitung cukup jauh. Akan tetapi, Keyla dan teman – temannya tidak pernah berhenti bercerita. Sesekali mereka tertawa bersama karena ulah Vita dan Iren yang gemar menirukan gaya mengajar guru – guru mereka di SMP Harapan Bangsa. Ayah dan ibu Keyla pun ikut tertawa melihat ulah lucu mereka. Saat memasuki kawasan hutan Tangkoko, suasana di mobil Keyla jadi tambah ramai. Mereka terkagum – kagum melihat monyet bokong merah yang jarang sekali mereka lihat. Mereka pun mulai sibuk memotret dengan kamera mereka masing – masing. Setelah tiba di tempat penginapan, Keyla dan teman – temannya bergegas turun dari mobil sambil membawa barang mereka masing – masing. “Terima kasih, Paman dan Bibi,” kata Vita, Lala, dan Iren serempak. “Sama – sama, Vit, La, Ren. Akan tetapi, kalian harus menjaga diri selama berada di sini. Harus patuh pada perintah pak Ronny. Dan jangan melawan kata – kata pak Ronny,” kata ibu Keyla. “Tenang saja, Bu. Kami tidak akan nakal,” jawab Keyla sambil tersenyum pada ibunya.

Pak Ronny memerintahkan agar semua murid berkumpul di penginapan. “Bapak memberi kalian waktu istirahat selama 30 menit. Tepat pukul 17.00 kita akan mulai menyusuri hutan Tangkoko. Karena tarsius yang akan kita amati adalah hewan malam, maka kita akan menunggu sampai malam di dalam hutan. Kalian bisa membawa barang – barang yang kira – kira akan dibutuhkan saat kita berada di dalam hutan nanti. Oh iya, kita juga akan dipandu oleh Pak Handy, penjaga hutan Tangkoko ini,” jelas pak Ronny. “Teman – teman, kita tidak boleh berpisah kalau di dalam hutan nanti. Aku takut tersesat,” kata Keyla dengan raut wajah cemas. “Tenang saja, Key. Kita berada dalam rombongan besar. Tidak mungkin kita tersesat,” kata Vita menenangkan Keyla.

Tepat pukul 17.00 semua murid, pak Ronny, dan pak Handy mulai memasuki kawasan hutan. Murid – murid telah dibagi dalam beberapa kelompok. Kebetulan Keyla satu kelompok dengan Lala. Saat mulai memasuki hutan, beberapa siswi mulai mengeluh karena banyak binatang – binatang kecil yang membuat kaki mereka gatal. Tak terkecuali Keyla dan teman – temannya. Para siswa justru sibuk mengerjai para siswi yang mulai panik. “Awas Key, ada cacing di bajumu!” teriak Gerald yang satu kelompok dengan Keyla dan Lala. Keyla pun berteriak histeris. Namun, Gerald membalasnya dengan tertawa puas karena dia merasa berhasil menjahili Keyla. Keyla pun merasa kesal setengah mati pada Gerald yang berjalan tepat di belakangnya. “Siapa suruh kau masuk hutan dengan baju lengan pendek seperti ini? Nanti akan banyak serangga yang bisa menggigitmu!” bisik Gerald pada Keyla sambil menunjuk pada lengan baju Keyla. “Aku tidak tahu kalau keadaan hutan akan seperti ini. Sudahlah! Baju apa pun yang kupakai, itu bukan urusanmu!” jawab Keyla ketus. Gerald hanya menertawakan Keyla yang kesal padanya dan terus menggodai Keyla.

“Kita berhenti di sini sebentar. Sebentar lagi salah satu burung langka akan melintas di tempat ini,” kata pak Handy. Semua rombongan pun berhenti. Tiba – tiba gerimis hujan mulai dirasakan murid – murid. Mereka diperintahkan pak Handy untuk mengambil daun pisang dan berlindung. Keyla terlihat kebingungan mencari daun pisang. Padahal tubuhnya mulai basah terkena gerimis hujan. “Ini untukmu,” kata Gerald sambil memberikan daun pisang yang cukup besar pada Keyla. “Tidak seperti biasanya kau baik padaku. Padahal biasanya kau senang kalau melihatku kesusahan,” jawab Keyla sambil mengambil daun pisang pemberian Gerald. Gerald hanya diam dan berdiri di samping Keyla.

Gerimis hujan pun berhenti. “Maaf anak – anak. Mungkin karena hujan, burung langka yang biasanya melewati jalur ini tidak terlihat. Kita lanjutkan saja perjalanan kita menuju ke tempat tarsius. Akan tetapi, kita harus menjaga ketenangan kita agar tarsius – tarsius tersebut tidak merasa terganggu,” jelas pak Handy.

Saat tiba di tempat tarsius, malam telah menyelimuti hutan. Dengan tenang murid – murid yang membawa senter mengamati tarsius. “Itu Key tarsiusnya. Mereka kecil dan sangat menggemaskan,” bisik Gerald yang tiba – tiba sudah berdiri di samping Keyla sambil menyinari beberapa ekor tarsius dengan senternya. Keyla yang sedikit terkejut langsung menatap Gerald. Gerald terlihat serius mengamati beberapa tarsius. Akan tetapi, Keyla rupanya masih merasa sedikit kesal mengingat perbuatan – perbuatan jahil yang telah dilakukan Gerald padanya. “Kau menghalangi pandanganku. Aku tidak bisa melihat tarsius – tarsius itu dengan jelas,” jawab Keyla dengan ketus. “Kalau begitu, ayo kita ke sana. Kau pasti bisa melihat tarsius – tarsius lebih jelas,” kata Gerald sambil menarik tangan Keyla menuju ke sebuah pohon besar yang menjadi sarang tarsius. Jantung Keyla berdegup kencang. Selain karena merasa kaget tangannya tiba – tiba dipegang Gerald, dia juga merasa Gerald begitu baik padanya.

Pak Ronny memberi aba – aba agar semua murid kembali membentuk barisan karena mereka akan segera kembali ke penginapan. Setelah puas melihat tarsius sambil bercanda kecil, Keyla dan Gerald pun bergabung dengan kelompok mereka dan berjalan bersama menuju penginapan. Keyla dan Gerald semakin akrab karena selama perjalanan pulang mereka dan teman – teman yang lain tak henti – hentinya mengganggu Jojo dan Lala yang ternyata baru saja meresmikan hubungan mereka di hutan tadi.

Saat tiba di penginapan, semua murid diperintahkan untuk mandi. Setelah mandi, semua murid kembali berkumpul untuk makan malam. Karena Keyla datang terlambat, maka dia tidak sempat duduk bersama Vita, Lala, dan Iren. Dia langsung saja menduduki tempat kosong yang dilihatnya. Tanpa sadar, Keyla duduk tepat di sebelah Gerald. Saat kembali dari mengambil makanannya, Keyla melihat Gerald sedang bercakap – cakap dengan Indra. “Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Keyla dengan penasaran. “Gerald baru saja mengatakan kalau dia menyukai seorang gadis di sini,” jawab Indra. Gerald tak memberi komentar apa pun dari perkataan Indra. Keyla menjadi sangat terkejut dan bertanya – tanya dalam hatinya, siapa kira – kira gadis beruntung itu.

Waktu istirahat pun tiba. Keyla dan seluruh murid kelas delapan memutuskan untuk tidak tidur. Mereka ingin bermain kartu bersama. Keyla, Lala, dan Iren duduk bersama sambil terus menggodai Lala yang baru saja berpacaran dengan Jojo. Tiba – tiba Vita datang. “Teman – teman aku punya kabar terbaru!” kata Vita tergesa – gesa. “Kabar apa, Vit? Cobalah duduk dengan tenang dulu lalu ceritakan semuanya pada kami,” kata Iren sambil mempersilahkan Vita duduk di sampingnya. “Gerald menyukaiku!” kata Vita dengan wajah yang sumeringah. Keyla, Lala, dan Iren pun merasa sangat kaget namun langsung menggodai Vita. Akan tetapi, Keyla sebenarnya merasa sedikit kecewa mendengar hal itu. Namun, dia hanya menyimpan hal itu dalam hatinya.

Tiba – tiba Jojo datang dan mengajak Lala untuk mengobrol sebentar. “Silahkan Jo, nikmati kebersamaan kalian,” kata Vita sambil menggodai Jojo dan Lala. Iren dan Vita memutuskan untuk ikut bermain kartu. Keyla yang mulai merasa mengantuk memutuskan untuk menonton saja teman – temannya itu bermain kartu. “Kenapa tidak ikut bermain?” tanya Gerald yang tiba – tiba duduk di sampingnya. Keyla kaget melihat Gerald yang duduk di sampingnya lalu menjawab seadanya, “Aku hanya sedikit mengantuk.” Mereka terlibat pembicaraan kecil sampai Vita, Lala, dan Iren datang untuk mengajak Keyla tidur. Rupanya mereka tidak tahan begadang. Keyla tetap saja sulit tidur. Keyla memang terkenal sulit tidur kalau bukan di kamarnya sendiri. Dia memutuskan untuk menonton teman – temannya yang masih betah bermain kartu.

Tiba – tiba Jojo menghampirinya, “Key, Gerald menyukaimu. Dia baru mengatakan itu padaku.” Keyla terkejut dan langsung menatap ke arah Gerald. Dia sempat memergoki Gerald sedang memperhatikannya. Namun, karena menyadari tiba – tiba Keyla melihatnya, Gerald langsung memindahkan pandangannya pada kartu yang dipegangnya. “Tadi Vita berkata bahwa Gerald menyukainya. Lalu sekarang kau mengatakan kalau Gerald menyukaiku. Aku harus mempercayai siapa?” tanya Keyla dengan raut wajah kebingungan. “Sudahlah, Key. Nanti juga kau pasti tahu kebenarannya,” kata Jojo sambil berlalu meninggalkan Keyla.

Keesokan harinya, semua murid terlihat mengemasi barang – barang mereka. Sebentar lagi mereka akan meninggalkan Tangkoko. Keyla menyimpan semua kata – kata Jojo tadi malam di dalam hatinya. Dia tidak mengatakan apa – apa pada Vita, Lala, dan Iren. Setelah selesai mengemasi barang – barang, mereka kembali naik ke kendaraan masing – masing dan bersiap pulang.

Seminggu pun berlalu. Sekolah kembali dibuka. Akan tetapi, masih menjadi tanda tanya besar bagi Keyla, apakah Gerald menyukainya atau tidak. Suatu sore saat baru bangun dari tidur siang, Keyla mengambil handphone miliknya. Rupanya ada sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal. Saat membaca pesan singkat itu, kening Keyla mengerut. Namun, seusai membaca pesan tersebut, raut wajah Keyla menjadi ceria. Ternyata si pengirim pesan itu adalah Gerald. Dia meminta maaf pada Keyla karena membiarkannya bertanya – tanya selama ini mengenai perasaan Gerald yang sebenarnya. Dia juga mengatakan bahwa dia mendapat nomor handphone Keyla dari Iren yang kebetulan sekelas dengan Gerald.

Pesan singkat tersebut menjadi awal kedekatan Keyla dan Gerald. Hubungan mereka makin akrab. Hingga pada suatu malam, Gerald menghubungi Keyla. Gerald mengutarkan perasaannya yang sebenarnya pada Keyla. Dia berkata bahwa dia menyukai Keyla. Gerald pun meminta Keyla menjadi pacarnya. Keyla yang tak bisa membohongi perasaannya bahwa dia juga menyukai Gerald tak dapat menolak permintaan Gerald tersebut. Jadi, malam itu, tepat pukul 21.30 tanggal 24 Februari, mereka resmi berpacaran.

Terinspirasi dari :

Pegalaman Pribadi JJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar